Review Novel : Not A Perfect Wedding

06.40


Not A Perfect Wedding
[Le Mariage Series]

Penulis                         : Asri Tahir
Editor                          : Afrianty P. Pardede
Penerbit                       : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit                : 2015 (296 Halaman)



Raina Winatama
Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi dia pergi untuk selamanya.

Prakarsa Dwi Rahardi
Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi aku harus pergi untuk selamanya.

Pramudya Eka Rahardi
Di hari pernikahan adikku, aku harus menjadi mempelai laki-laki. Menjalankan sebuah pernikahan yang harusnya dilakukan oleh adikku, Prakarsa Dwi Rahardi.
***

Ada yang mengatakan bahwa menjelang hari-hari sakral dalam hidup kita, maka akan semakin banyak godaan dan marabahaya yang mengintai kita. Aku percaya dengan tradisi “Pingit” bagi kedua mempelai sebelum melangsungkan pernikahan dengan tidak boleh bertemu calon istri/suaminya, keluar rumah bahkan mengurus keperluan pernikahannya. Tujuan pingit ini agar menghindarkan kedua mempelai dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan, hal-hal yang tidak diinginkan itu dialami oleh Prakasa Dwi Rahardi.
Satu hari sebelum pernikahannya, Prakarsa Dwi Rahardi mendapatkan musibah yang harus merenggut nyawanya. Mobil yang dikemudikan Raka dihantam oleh sebuah mini bus. Raka yang malang mendapat trauma yang keras pada kepalanya. Lalu bagaimana dengan Raina, sang mempelai wanita? Karena rasa cintanya pada gadis itu, Raka memberikan kepercayaan kepada Pram untuk menjaga calon istrinya. Pram tak punya pilihan akhirnya menyanggupi dan berjanji akan menjaga Raina dengan menggantikan Raka menjadi mempelai laki-laki pada prosesi akad nikah keesokan harinya. Pram akan menjadi suami Raina, gadis yang belum dikenalnya bahkan belum pernah ditemuinya.
***

Aku suka cara penulis menceritakan kisah cinta karena terbiasa yang dialami oleh Pram dan Raina.  Interaksi keduanya sangat mengalir, emosinya dapet banget. Penggambaran sikap tokoh-tokohnya sangat kuat melalui interaksi mereka. Salut banget sama penulis yang tampak sangat memahami alur pikiran laki-laki dewasa seperti Pram yang kadang bikin klepek-klepek atau gemes setengah mati. Apalagi saat permasalahan mereka berarut-larut, jelas sekali Pram mendominasi dalam pernikahan ini, kadang kasihan juga sama Raina yang berkorban perasaan terus hehe..
Suasana keluarga yang harmonis dan saling mendukung satu sama lain juga tergambar jelas. Terutama tokoh Pasha dan Raina, interaksi keduanya membuatku semakin ingin memiliki seorang kakak laki-laki yang sama sayang dan protektifnya seperti tokoh Arman, Pasha dan Pram. Tokoh yang kakak-able banget deh.
Dari segi alur cerita, menurutku masih ada yang janggal. Misalnya, penggambaran cerita di awal masih berjalan seperti biasa, seolah keesokan harinya tidak ada hajatan besar dan penting bagi keluarga Rahardi. Kondisi hectic menjelang pernikahan tidak terlalu terlihat. Raka masih menjemput Pram, mama Anne juga menyediakan makanan kesukaan anaknya. Ada juga moment yang tidak jelas –atau aku yang tidak memahaminya ya? – Saat Raina menelpon Maminya Pram, saat Pram ke Bengkulu. Kenapa mami bisa nggak tau dan Raina menyimpulkan seperti itu?
Kadang moment-nya juga belum pas, misalnya saat Raina mengatakan bahwa ia mengalami morning sickness. Raina sangat yakin dengan hal tersebut, tetapi adegan selanjutnya adalah melakukan tes kehamilan dengan test pack untuk memastikan kehamilannya. Beberapa kali aku juga merasakan perpindahan ceritanya terlalu cepat seperti saat Pram memberikan cincin saat makan, tiba-tiba saja Pram sudah membuka pintu lemari di kamar.
Masih banyak juga ditemukan ada kesalahan penulisan, terutama penempatan huruf capital yang ditempatkan tidak semestinya. Oya, covernya akan lebih baik kalau disesuaikan dengan baju pengantin yaitu kebaya berwarna pink yang digunakan oleh Raina. Bukan gaun putih. Selera pribadi sih, tapi terlepas dari itu aku suka kok sama covernya terutama warnanya. Sangat elegan.
***

You Might Also Like

0 komentar